Jl. Mojo No. 1 Karangasem, Laweyan, Surakarta
Telp. 0271-712728
Fax. 0271-728681
info@smkmikael.sch.id
Saya memiliki seorang puteri yang usianya belum genap 2 tahun (lebih tepatnya baru 22 bulan). Seperti anak balita pada umumnya (yang mengalami perpindahan fase dari bayi ke anak-anak), pada tahap tersebut ditandai dengan beberapa hal (sejauh saya amati dan saya ingat). Pertama tentunya adalah porsi makan yang cukup banyak. Selanjutnya adalah waktu istirahat yang masih cukup panjang. Berikutnya adalah mobilitas (pergerakan) yang aktif tanpa bantuan orang lain (misalnya playon ataupun penekan). Dan terakhir yang saya ingat adalah rasa ingin tahu yang luar biasa. Jika anak saya dalam kesehariannya memenuhi tanda-tanda tersebut, secara sederhana saya menyimpulkan bahwa kondisinya sehat-sehat saja.
Namun ada kalanya anak saya kondisinya tidak seperti yang saya tuliskan di atas. Pada suatu saat, biasanya ada gejala-gejala seperti porsi makannya sedikit, tidurnya tidak nyenyak, ataupun mudah rewel. Maka saya niteni bahwa dalam situasi seperti ini kondisinya tidak dalam keadaan sehat. Biasanya ibunya mengatakan bahwa saatnya untuk membawa anak tersebut ke tukang pijat anak langganan keluarga kami. Saya pribadi mengistilahkan, wah ada yang enggak beres nih dan waktunya “kalibrasi”. Setelah dibawa ke tukang pijat anak, biasanya kondisinya biasanya semakin membaik, sesuai dengan tanda-tanda yang saya tuliskan di awal tulisan ini.
Tidak hanya anak-anak, kita pun seringkali mengalami hal demikian. Seringkali kita merasakan ada yang enggak beres dengan diri kita, baik secara fisik, psikis, ataupun spiritual. Kita bisa merasakan ketidakberesan tersebut, namun seringkali kita tidak melakukan sesuatu untuk memperbaiki hal tersebut. Seringkali kita berasumsi, bahwa seiring berjalannya waktu, kondisinya pasti akan membaik dengan sendirinya. Tetapi yang terjadi terkadang sebaliknya. Dengan didiamkan, terkadang hasilnya tidak membaik, namun malah semakin memburuk.
Untuk itulah saya menggunakan istilah “kalibrasi”. Sebagai orang teknik, kita mestinya sudah akrab dengan istilah ini. Kata kalibrasi biasanya diasosiasikan dengan alat ukur. Beberapa alat ukur seringkali tidak akurat lagi ketika digunakan untuk mengukur. Dan tindak lanjut yang harus dilakukan adalah dengan kalibrasi, agar alat tersebut dapat digunakan kembali sesuai fungsinya dengan akurat. Maka pada alat ukur, perlu dilakukan kalibrasi secara berkala.
Demikian juga dengan diri kita. Seharusnya diri kita juga perlu dikalibrasi secara berkala. Tujuannya agar semua ketidakberesan yang kita rasakan bisa segera dibereskan. Seringkali dengan berbagai kesibukan, rutinitas, maupun berbagai tanggungan tugas dan pekerjaan, membuat diri kita tidak beres. Dengan mengkalibrasi diri, harapannya semuanya menjadi lebih baik.
Bagi saya pribadi, di penghujung tahun 2021 ini setidaknya ada 2 kesempatan untuk mengkalibrasi diri. Kesempatan pertama adalah dalam kesempatan gladi rohani (retret). Saya menggunakan kesempatan ini untuk kalibrasi secara spiritual. Dari situ saya bisa melihat lagi ketidakberesan yang ada dalam diri saya, sekaligus membangun niat untuk memperbaikinya di tahun mendatang. Kesempatan kedua adalah dengan liburan akhir tahun (yang rasanya kok berjalan terlalu cepat…). Dengan meninggalkan sejenak segala rutinitas, saya mbayar utang dengan memanfaatkan waktu dan kesempatan bersama keluarga (yang seringkali tersisihkan dan menjadi nomor sekian karena rutinitas dan kesibukan). Sehingga di tahun 2022 saya bisa menatapnya dengan optimis dan siap menjalaninya dengan segala niat baik.
Bagi teman-teman semua, hal baik ini tentu juga dapat dilakukan sekaligus dimaknai. Semester yang lalu apapun hasilnya kita terima dengan jiwa besar. Jika ada hal yang baik tentu patut kita syukuri, kita lanjutkan, dan jika memungkinkan kita tingkatkan lagi. Namun jika ada hal yang kurang baik dapat menjadi bahan instrospeksi bagi kita, untuk memperbaikinya, agar kejadian yang sama tidak terulang. Setidaknya kita harus bersyukur, bahwa kita masih diberi kesempatan untuk menyadari kelebihan dan kekurangan kita, serta memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Mari kita songsong tahun 2022 ini dengan jiwa baru, dengan semangat baru, dan tentunya dengan jiwa yang sudah dikalibrasi. Karena sebanyak apapun resolusi kita di tahun baru ini, jika jiwa kita tidak dikalibrasi, semuanya tidak akan berarti, karena tidak pernah dimaknai.
Salam dan doa
Alexander Arief R.
Sub.Pamong