Jl. Mojo No. 1 Karangasem, Laweyan, Surakarta
Telp. 0271-712728
Fax. 0271-728681
info@smkmikael.sch.id
Di penghujung bulan April 2022 lalu, menjelang libur Idul Fitri, menjadi sebuah kesempatan yang bermakna bagi para siswa kelas XI di SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Pada kesempatan tersebut, tepatnya mulai hari Senin 25 April 2022 sampai Jumat 29 April 2022, para siswa kelas XI berdinamika dalam sebuah kegiatan yang bernama Latihan Kepemimpinan Tingkat Madya (LKTM). Kegiatan ini menjadi terasa sangat istimewa, karena merupakan kegiatan kesiswaan pertama bagi kelas XI yang dilakukan secara luring (offline).
Konsep kegiatan ini adalah secara sederhana diterjemahkan sebagai kegiatan kepemimpinan sosial (social leadership). Pada kegiatan ini, seluruh siswa kelas XI diajak untuk mendayagunakan segala kemampuan yang mereka miliki untuk mengembangkan kompetensi sosial mereka, yang bisa jadi kurang terasah karena situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, sampai saat ini. Kegiatan LKTM ini sebenarnya bukanlah sebuah kegiatan baru, karena di masa sebelum pandemi sudah rutin dijalankan. Bahkan pada bulan Maret 2020, sebenarnya kegiatan ini sudah tinggal dilaksanakan. Namun karena badai pandemi Covid-19, kegiatan ini dibatalkan hanya beberapa hari sebelum dilaksanakan. Sehingga ketika kegiatan LKTM ini akan dimulai kembali, dari sisi para pendamping juga muncul sebuah rasa optimis.
Dalam melaksanakan kegiatan LKTM ini, SMK Katolik St. Mikael Surakarta bekerja sama dengan beberapa pihak, yaitu Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, dan beberapa karya sosial yang dikelola oleh para Jesuit di kota Yogyakarta. Sebagian besar para siswa ditugaskan ke sekolah-sekolah, dari jenjang PAUD, TK, SD, sampai SMP, untuk mendampingi para siswa berdinamika di sekolah. Tidak hanya itu, mereka juga ditugaskan untuk tinggal bersama dengan para orangtua asuh, dan mengikuti kegiatan di rumah maupun masyarakat. Dengan demikian, diharapkan mereka bisa mendapatkan pengalaman-pengalaman baru di luar tembok sekolah, tembok rumah, maupun tembok kos-kosan, dan belajar banyak hal dari orang-orang yang mereka jumpai. Mereka tidak hanya diajak untuk berolah raga, tetapi juga berolah rasa.
Sampai pada para siswa dikumpulkan untuk diberangkatkan menuju tempat penugasan, tidak seorang siswa pun yang mengetahui tujuan mereka. Mereka baru mengetahui tujuan penugasan ketika para pendamping memberikan surat yang harus diserahkan kepada nama dan alamat yang sudah tertulis di amplop. Dengan keterbatasan yang ada, mulai dari keterbatasan bekal, keterbatasan biaya, sampai keterbatasan akses informasi (karena tidak diperkenankan membawa telefon genggam), mereka diajak untuk mengasah kemampuan sosial dengan bertanya kepada orang-orang yang mereka jumpai di perjalanan. Semua perjalanan para siswa menuju tujuan ditempuh dengan kombinasi berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum. Beberapa moda transportasi pun juga dimanfaatkan, mulai dari bus Batik Solo Trans (BST), bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), sampai dengan kereta api, mulai dari Kereta Api Batara Kresna tujuan Wonogiri, sampai Kereta Api Commuter Line tujuan Yogyakarta.
Di hari ketiga dan keempat, dilakukan kunjungan oleh para pendamping ke tempat tujuan para siswa. Para pendamping berdialog dengan para siswa dan orangtua asuh. Kesempatan ini digunakan untuk saling berbagi informasi tentang perasaan-perasaan yang dirasakan, bagaimana kesan-kesan yang didapatkan, mohon saran untuk perbaikan kegiatan ini berikutnya, dan satu hal yang penting juga adalah mengecek refleksi para siswa selama mengikuti kegiatan ini. Kebetulan saya mendapatkan tugas untuk mengunjungi para siswa yang ditempatkan di Wonogiri, sehingga saya pun ikut menggunakan transportasi Kereta Api untuk mengunjungi mereka. Dalam perjumpaan dengan para siswa dan orangtua asuh, saya menemukan kegembiraan terpancar dari cerita-cerita yang dibagikan. Beberapa siswa mengatakan bahwa durasi kegiatannya kurang lama, bahkan ada yang meminta, jika bisa ditambah beberapa hari lagi.
Di hari terakhir, para siswa yang ditugaskan ke berbagai tempat, berkumpul kembali di SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Kegiatan ini ditutup dengan refleksi bersama dan dirayakan dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pamong SMK Katolik St.Mikael Surakarta, Romo Alfonsus Ardi Jatmiko SJ. Selesai acara, para siswa diperkenankan pulang dan menikmati liburan Idul Fitri yang durasinya cukup panjang.
Dalam beberapa refleksi yang saya dapatkan, saya menemukan sebentuk rasa kebahagiaan dari para siswa. Bahwa dalam segala keterbatasan, Tuhan hadir melalui orang-orang baik yang dijumpai di dalam perjalanan. Dari pengalaman kebingungan dan meminta informasi kepada orang yang dijumpai di jalan, ternyata mereka justru diantar dengan mobil Koramil. Dari pengalaman bertanya pada orang di perjalanan, ternyata informasi yang diberikan tidak tepat sehingga sempat tersesat, walaupun akhirnya sampai tujuan juga. Dari pengalaman menggunakan transportasi umum, menjadi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru (mulai dari naik BST yang gratis, sampai pengalaman pertama kali naik kereta api). Dari pengalaman ditugaskan ke sekolah Kanisius, ternyata baru ada siswa yang tahu bahwa di setiap sekolah Katolik selalu merayakan pelindung sekolah mereka dengan perayaan yang meriah (kebetulan tanggal 27 April diperingati sebagai Pesta Santo Petrus Kanisius, yang dipilih sebagai pelindung sekolah-sekolah di bawah Yayasan Kanisius).
Sebenarnya masih banyak lagi pengalaman yang bisa dibagikan. Salah satu pengalaman yang cukup berkesan bagi saya adalah ketika ada beberapa siswa yang berjanji, setelah acara ini berakhir, akan mengunjungi kembali orangtua asuh mereka, dengan mengajak orangtua ”asli” mereka.
Kami berharap, kegiatan LKTM ini tidak hanya berhenti pada sebuah tradisi yang berguna untuk melatih kompetensi sosial para siswa, tetapi juga menjadi sebuah kesempatan untuk membangun persaudaraan yang sejati.
Salam dan doa
Alexander Arief R.
Sub.Pamong