SMK Mikael Surakarta

SAYA JENUH!

Bagaimana kabar kalian semua? Apakah sudah jenuh dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)? Jika kalian mengatakan, “Sudah jenuh!”, hal itu benar-benar manusiawi. Siswa merasa jenuh karena belajar dengan sebagian besar waktu digunakan untuk mengerjakan tugas tanpa bertemu secara fisik. Belum lagi kompetensi dalam hal praktik tidak terasah dengan baik. Guru menguras energi dan waktu demi bersusah-susah membuat pembelajaran online menarik untuk siswa. Ditambah lagi bila guru harus membagi perhatiannya untuk anaknya di rumah. Orangtua seringkali menguras harta dan kesabarannya demi membantu anak mengikuti PJJ dengan baik.

Bagaimana dengan saya? Sebagai pastor, saya pun menghadapi kejenuhan. Akan tetapi, perasaan yang lebih dominan adalah sedih karena orangtua saya yang sudah sepuh itu hanya boleh merayakan Ekaristi secara online tanpa menyambut komuni secara langsung. Sebagai pamong, saya terus dibuat kagum oleh teman-teman di sekitar saya, baik subpamong maupun guru BK, yang masih mau dengan sabar dan tekun menangani satu demi satu keluhan soal ketidaksesuaian siswa.

Semua cerita itu menunjukkan bahwa wabah virus corona telah mendorong kita semua ke batas ketahanan kita sebagai manusia. Kita mengenal batas daya tahan itu dari perasaan-perasaan yang muncul. Ketika berkata “Saya jenuh!”, kita sebenarnya sudah hampir tidak tahan dengan situasi kita saat ini, tapi masih bisa sedikit “dipaksa” untuk bertahan. Ketika masih dapat merasa kagum, senang, gembira, dan semacamnya, kita masih berada di batas aman; daya tahan kita masih oke. Yang diharapkan adalah jangan sampai kata “jenuh” itu perlahan-lahan berubah menjadi “putus asa”. Ketika sudah putus asa, seseorang telah kehilangan makna dan guna hidupnya.

Oleh karena itu, kenalilah baik-baik perasaan kalian masing-masing. Sebelum menjadi putus asa, pastikan kalian meminta dan mendapat support yang cukup dari orang-orang di sekitar kalian. Di dalam Latihan Rohani, Santo Ignasius Loyola memang mengajarkan soal perseverantia atau kemauan dan kemampuan untuk bertahan dalam situasi tidak nyaman. Akan tetapi, daya tahan itu tidak akan banyak berkembang tanpa dukungan satu sama lain. Yang juga penting: selalu ingat untuk berdoa dan mohon kekuatan dari Tuhan!

 

Salam,

Rafael Mathando Hinganaday, SJ

Pamong

Home
Berita
Kontak
Galeri