Jl. Mojo No. 1 Karangasem, Laweyan, Surakarta
Telp. 0271-712728
Fax. 0271-728681
info@smkmikael.sch.id
Setelah tertunda hampir 3 bulan, akhirnya kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Katolik St Mikael Surakarta, dapat terlaksana juga di penghujung bulan September 2021 ini. Kegiatan ini pada awalnya direncanakan akan dilaksanakan pada Juli 2021, sebelum tahun ajaran dimulai. Namun seiring perkembangan situasi, pada akhirnya kegiatan ini baru dapat dilaksanakan di penghujung bulan September ini. Penyebaran virus Covid-19 yang luar biasa di pertengahan tahun ini, dan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membuat kegiatan ini nyaris ditiadakan. Sempat ada usulan akan mengadakan secara daring. Namun, dengan idealisme yang ada, bahwa untuk mengenal lingkungan sekolah, siswa harus datang ke sekolah, kegiatan ini akhirnya tidak jadi “di-daring-kan”, hanya ditunda pelaksanaannya saja.
Di bawah koordinasi Bapak Iwan Setiawan, kegiatan ini disusun dengan perencanaan yang tidak asal-asalan. Dan untuk kegiatan MPLS tahun ini, tema yang dipilih adalah “to see all things new” (melihat semua hal baru). Tema ini juga selaras dengan tema peringatan 500 tahun pertobatan Santo Ignatius, pendiri Serikat Jesus. Bersama panitia yang lain, kegiatan ini dirancang secara baru pula, karena praktis kegiatan ini menjadi MPLS luring pertama di masa pandemi Covid-19, di SMK Katolik St. Mikael Surakarta.
Pada kegiatan MPLS di masa sebelum pandemi Covid-19, biasanya dilaksanakan dalam waktu 3 hari, dari pagi sampai sore (atau malah bisa jadi sampai malam). Di MPLS tahun ini, tentu tidak dapat dilaksanakan dengan model seperti itu. Agar pelaksanaan MPLS lebih fokus dan lancar, diadakan terlebih dahulu kegiatan pra-MPLS. Kegiatan ini lebih dititikberatkan pada persiapan-persiapannya. Mulai dari persiapan protokol kesehatan dan sosialisasinya, tes kesehatan untuk peserta dan panitia. Sampai hal-hal lain seperti pembagian seragam, sepatu, alat ukur, dan perlengkapan lain bagi para siswa baru. Harapannya, agar saat pelaksanaan MPLS nanti dapat lebih lancar dan berfokus pada isi materi yang akan diberikan kepada siswa, tidak terlalu banyak “selingan iklannya”.
Perbedaan yang kedua adalah durasi pelaksanaannya. Jika dulu kegiatan ini dilaksanakan dari pagi sampai sore, untuk tahun ini tentu tidak bisa disamaratakan. Untuk para panitia memang tetap seperti biasa, namun untuk peserta tidak demikian. Para peserta dibagi menjadi 2 shift, pagi dan siang. Setiap peserta akan merasakan jadwal di shift pagi dan siang selama kegiatan berlangsung. Harapannya, mereka dapat beradaptasi dengan kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas yang selama ini sudah berjalan. Karena durasi hariannya berkurang, sebagai kompensasinya, kegiatan MPLS dilaksanakan selama 5 hari. Jika di rencana awal akan dilaksanakan dari Senin sampai Jumat, dalam pelaksanaannya akhirnya dilaksanakan hari Senin sampai Sabtu. Dengan catatan, kegiatan di hari Rabu ditiadakan, karena bersamaan dengan peringatan pelindung Kolese Mikael, yang lebih dikenal dengan nama Michael Day.
Perbedaan ketiga adalah modifikasi konten MPLS. Untuk hal ini pada dasarnya tidak ada perubahan mendasar. Semua materi diberikan kepada siswa secara klasikal seperti visi misi, Mars Mikael, sampai dengan proses pembayaran biaya sekolah. Perbedaanya hanya soal tempatnya saja. Jika dulu seluruh peserta dikumpulkan di aula, sekarang tidak demikian. Peserta ditempatkan di ruang-ruang kelas, dan para narasumber menjelaskan secara berkeliling seperti sebuah proses pembelajaran di ruang kelas. Kekurangannya tentu ada. Setiap narasumber menjelaskan 10 kali, karena ada 5 ruang kelas yang digunakan untuk setiap shift. Namun kelebihannya adalah, jika ada hal yang kurang jelas, para peserta menjadi lebih berani untuk bertanya.
Hal lain yang harus dimodifikasi adalah penugasan dalam bentuk menu makanan untuk peserta. Jika pada MPLS sebelumnya para peserta diberi tugas untuk membawa makanan dengan berbagai bentuk dan ukuran yang sudah ditentukan, kali ini kegiatan seperti itu tidak dapat dilaksanakan. Sebagai gantinya, penugasan lebih banyak diberikan dalam bentuk barang yang tidak dikonsumsi peserta. Dengan durasi yang lebih pendek, juga tidak ada istirahat makan bersama. Setiap harinya, setelah MPLS selesai, peserta langsung pulang.
Meskipun dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, seluruh panitia dan peserta MPLS patut mendapatkan apresiasi. Di tengah situasi pandemi yang belum berakhir ini, butuh sebuah keberanian dan usaha untuk dapat memulai kegiatan seperti ini. Kita yang selama ini sudah nyaman dengan berbagai bentuk interaksi secara daring, perlu melihat semuanya dengan cara pandang, cara berpikir, dan cara bertindak yang baru, sesuai dengan tema MPLS tahun ini, to see all things new. Karena pada dasarnya, kegiatan MPLS sebagai salah satu cara untuk penanaman dan pembentukan karakter siswa, tidak cukup dilaksanakan dengan berbagai bentuk perangkat digital.
Salam dan doa
Alexander Arief R.
Sub.Pamong