SMK Mikael Surakarta

Jejak Hangat di SMK Kolese Mikael: Kisah Mahasiswa UNS Menuntaskan PLP dengan Humanis

Rabu pagi, 26 November 2025, koridor SMK Kolese Mikael tampak lebih ramai dari biasanya. Senyum, tawa kecil, dan saling sapa menyambut para mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang hari itu menuntaskan perjalanan panjang mereka dalam Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Bukan sekadar acara penutupan, hari itu terasa seperti sebuah perpisahan keluarga. Di aula sekolah, para mahasiswa duduk berdampingan dengan guru pamong, sementara kepala sekolah dan dosen koordinator PLP telah hadir untuk melepas mereka secara resmi. Namun suasana bukanlah suasana formal penuh jarak, yang terasa justru keakraban yang tumbuh sepanjang proses PLP berlangsung.
 
Kepala sekolah membuka acara dengan cerita ringan tentang hari-hari pertama mahasiswa mengajar. “Awalnya canggung, tapi lama-lama mereka seperti bagian dari rumah ini,” katanya sambil tersenyum. Para guru pamong mengangguk, mengingat kembali bagaimana para mahasiswa belajar menguasai kelas, memahami karakter siswa, hingga mengolah rasa sabar ketika menghadapi dinamika remaja. Guru pamong bercerita tentang momen-momen kecil yang membuat mereka bangga. “Ada yang awalnya grogi luar biasa, tapi di minggu ketiga sudah bisa memimpin kelas dengan percaya diri. Ada juga yang jadi tempat curhat para murid, itu tanda bahwa mereka dipercaya,” ujar salah satunya.
 
Dosen koordinator PLP dari UNS menambahkan bahwa pengalaman lapangan seperti ini jauh lebih dari sekadar praktik mengajar. “Di sinilah calon pendidik belajar melihat manusia secara utuh,” ucapnya. “Bukan hanya sebagai murid, tetapi sebagai individu yang tumbuh dan membutuhkan perhatian.” Bagian paling menyentuh datang dari para mahasiswa sendiri. Mereka bergantian menyampaikan kisah, bukan tentang nilai atau penilaian, tetapi tentang hubungan. Ada yang bercerita tentang siswa pemalu yang perlahan berani bertanya, ada yang mengenang aktivitas praktik di bengkel, ada pula yang bercerita tentang momen kecil ketika seorang siswa berkata, “Kak, nanti kalau sudah jadi guru, jangan lupa sama kami.” Tawa pun pecah ketika salah satu mahasiswa menceritakan pengalaman pertama memegang kelas yang “lebih ribut dari grup WhatsApp keluarga”, namun justru membuatnya sadar bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang penuh kejutan setiap hari.
 
Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat dan sesi foto Bersama, momen yang sederhana namun sarat makna. Banyak mahasiswa tampak enggan beranjak, masih ingin menikmati kebersamaan yang selama beberapa minggu telah menjadi bagian dari rutinitas mereka. Bagi mahasiswa UNS, PLP di SMK Kolese Mikael bukan hanya latihan profesi. Ini adalah cerita tentang tumbuh bersama, tentang belajar memahami orang lain, tentang menemukan panggilan hati dibalik papan tulis dan suara bel sekolah. Ketika pintu aula akhirnya ditutup, satu hal tetap tinggal: jejak pengalaman yang humanis, hangat, dan sulit dilupakan.
 
Oleh: Filipus Herlin Winandra
Home
Berita
Kontak
Galeri