SMK Mikael Surakarta

Being a True Companion

Being a True Companion

 

Setelah penerimaan raport semester gasal tanggal 17 Desember 2021 kemarin, SMK Katolik St. Mikael Surakarta mengadakan acara gladi rohani (retret) bagi para pendidik dan tenaga kependidikan. Pada acara yang dilaksanakan selama 3 hari, mulai Sabtu 18 Desember 2021 sampai Senin 20 Desember 2021. Bertempat di Rumah Retret Syalom di daerah Bandungan, Kabupaten Semarang, kegiatan ini dilaksanakan dengan narasember 2 Imam Jesuit yang sudah berpengalaman, yaitu Romo Ignatius Wardi Saputra SJ (yang saat ini bertugas di Seminari Tinggi Santo Paulus Yogyakarta), dan Romo Yakobus Rudiyanto SJ (yang saat ini bertugas di Kolese Loyola, Semarang). Tema Retret kali ini adalah… (lihat judul di atas…)

 

Rombongan peserta berangkat dari kampus Michael College pada hari Sabtu 18 Desember 2021 selepas makan siang, dan sampai Bandungan sekitar jam 15.00 (maklum walaupun lewat jalan tol, setelah melalui pintu keluar tetap macet juga). Kegiatan gladi rohani sendiri baru dimulai sore hari, sekitar jam 17.00. Kegiatan gladi rohani dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Wardi Saputra SJ. Selanjutnya, peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Saya sendiri mendapatkan kelompok yang beranggotakan Bapak Maryata, Ibu Nindya, Bapak Haryanto, Bapak Kristo, dan Bapak Beni. Dalam dialog kelompok kecil tersebut, kami semua saling menyampaikan hal-hal yang dirasakan saat ini, baik hal positif maupun hal negatif. Dan rupaya apa yang kami sampaikan sepertinya nyambung ataupun “satu frekuensi” dengan yang dirasakan oleh kelompok peserta yang lain. Setelah makan malam, peserta gladi rohani diajak untuk menonton sebuah film, walaupun bukan film yang terbaru. Film yang kami saksikan bersama berjudul “Freedom Writers” dengan bintang utamanya adalah Hillary Swank.

 

Film ini menceritakan tentang seorang guru baru yang masih kinyis-kinyis bernama Erin Gruwell (diperankan oleh Hillary Swank). Erin Gruwell diceritakan sebagai seorang guru yang mendapatkan kelas yang unik. Para siswanya mempunyai latar belakang kelam, yakni mereka yang hidup dalam ketegangan rasial dan pertikaian antargeng. Di hari pertama, Bu Guru Gruwel sudah menyaksikan pertikaian antara kedua siswanya hanya karena kartun rasial. Dari kejadian ini, Bu Guru Gruwell menyimpulkan bahwa para siswanya mayoritas menyimpan kebencian dan rasa curiga satu sama lain. Maka, dengan mengambil inspirasi dari Anne Frank yang terkenal karena bukunya yang berjudul “The Diary of Anne Frank”, Bu Guru Gruwell mencoba metode baru. Ia meminta setiap siswanya membuat catatan harian, seperti yang dilakukan oleh Anne Frank. Metode ini ternyata berhasil dalam membangun kesadaran para siswa akan pentingnya kepedulian kepada sesama. Guru yang mengenal persis para siswanya ini berhasil menciptakan ruang kelas yang hidup. Setelah selesai menyaksikan film ini, tidak ada komentar apapun. Semua peserta dapat beristirahat. Inspirasi film ini akan dijadikan bahan untuk dialog bersama di hari berikutnya.

 

Hari berikutnya, 18 Desember 2021, kegiatan gladi rohani dibuka dengan perayaan Ekaristi jam 06.00. Pada perayaan Ekaristi yang kembali dipimpin oleh Romo Wardi Saputra SJ ini, menggunakan rumusan Hari Minggu Adven IV. Pada Minggu Adven IV ini dimunculkan 2 tokoh wanita, yaitu Maria dan Elisabet yang digunakan Allah untuk menyatakan karya keselamatan-Nya. Dalam berbagai peristiwa iman, seringkali Allah menggunakan tokoh-tokoh yang sederhana dan seringkali “kurang diperhitungkan” untuk menyatakan karya-Nya. Gambaran tokoh Maria dan Elisabet nampaknya mewakili hal ini. Dalam tradisi Yahudi, tokoh-tokoh perempuan biasanya kurang mendapatkan tempat utama. Namun Allah menyatakan kekuasaan-Nya justru melalui tokoh-tokoh ini.

 

Pancingan ini yang digunakan sebagai bahan dialog setiap kelompok berikutnya. Tema dialog berikutnya adalah “Menumbuhkan Identitas Diri dan Misi Guru”. Kelompok kami (yang kebetulan semua anggotanya adalah para guru) saling menceritakan pengalaman masing-masing. Ada yang dulunya tidak pernah terbayang menjadi guru (seperti Pak Haryanto dan Pak Kristo). Ada juga yang memang dari kecil sudah ingin menjadi guru karena terinspirasi pada sosok guru (seperti Pak Maryata). Meskipun latar belakang pengalamannya bermacam-macam, namun akhirnya dalam kelompok kami mencapai sebuah kesepahaman. Bahwa dengan Identitas kami sebagai guru, kami mempunyai misi untuk lebih peduli kepada mereka yang kami layani, khususnya para siswa, orangtua siswa, dan para rekan kerja. Dan kunci untuk mewujudkan semua ini adalah komunikasi yang baik. Saya terkesan dengan sebuah ajakan sederhana dari Pak Haryanto untuk tidak henti-hentinya menyapa mereka yang kita jumpai (tentu yang sering kami jumpai adalah para siswa dan rekan kerja). Ajakan sederhana ini rupanya memberi dampak yang luar biasa, yang bagi saya pribadi saya “bundheli” sebagai sebuah resolusi yang akan saya mulai di tahun berikutnya (kerena liburannya sampai akhir tahun).

 

Sore hari, Romo Rudi hadir mendampingi kami. Beberapa dari kami tidak asing dengan beliau, karena pernah menjadi Pamong di SMK Mikael tahun 2001-2004. Ketika beliau menjadi Pamong, saya adalah salah seorang siswanya (siswa yang biasa-biasa saja dan tidak istimewa tentunya). Dalam topik berikutnya, Romo Rudi menjelaskan tentang “Menemani Perjalanan Kaum Muda”, sambil mengutip salah satu buku terbaru dari Romo Arturo Sosa SJ, “Berjalan Bersama Ignatius”. Selanjutnya peserta diperkenankan beristirahat, untuk mempertegas Kembali kesimpulan bersama keesokan harinya.

 

Keesokan harinya, kegiatan dibuka dengan meditasi bersama yang dibimbing Romo Ardi Jatmiko SJ, Pamong saat ini. Dan di akhir acara ini diperjelas Kembali “shared values” yang kita sepakati. Bahwa kita harus satu visi, satu misi, sekaligus satu frekuensi untuk mewujudkan SMK Katolik St. Mikael Surakarta sebagai Centre of Technical Education, sesuai yang ada di logo CTE yang selama ini kita banggakan. Dan hal ini dapat dimulai dengan membangun kembali komunikasi yang baik, sehingga setiap bagian dari kita benar-benar dapat menjadi seorang sahabat tenanan bagi mereka yang dilayani (seperti judul tema gladi rohani). Sebagai penutupan gladi rohani, dilaksanakan Ekaristi syukur, dipimpin oleh Romo Rudiyanto SJ.

 

Semoga kegiatan gladi rohani ini membawa perbaikan sekaligus membaharui semangat kami dalam memperbaiki pelayanan kami di SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Dan semoga ke depan gladi rohani ini membawa buah-buah positif bagi SMK Katolik St. Mikael yang kita cinta ini.

 

 

Salam dan doa

 

Alexander Arief R.

Sub.Pamong

 

Home
Berita
Kontak
Galeri