SMK Mikael Surakarta

Habemus Novum Patres

Bulan Agustus ini menjadi bulan berahmat bagi keluarga besar SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Ada beberapa hal yang menjadikan bulan Agustus ini menjadi sangat beralasan untuk disebut demikian. Saya akan mencoba menguraikan dengan beberapa alasan dan keterangan pendukungnya.

Pertama, pada bulan Agustus ini secara de facto, SMK Katolik St. Mikael Surakarta genap berusia 59 tahun. Jika membaca dari beberapa literatur dan referensi, SMK Katolik St. Mikael Surakarta didirikan pada tanggal 1 Agustus 1962. Sekolah teknik ini didirikan oleh almarhum Romo Wakkers SJ (yang saat itu menjadi Pastor Paroki Santo Antonius Purbayan) di daerah Pasar Kliwon. Pada awal mula, sekolah ini bernama STM Kanisius. Nantinya STM Kanisius ini berubah nama dan saat ini dikenal sebagai SMK Katolik St. Mikael Surakarta.

Kedua, SMK Katolik St Mikael Surakarta dipercaya oleh pemerintah melalui Direktorat SMK, menjadi salah satu SMK Pusat Keunggulan. Sebagai salah satu SMK Pusat Keunggulan, ada beberapa konsekuensinya. Mulai tahun pembelajaran ini di SMK Katolik St. Mikael Surakarta akan memberlakukan kurikulum baru, yang disebut Kurikulum Sekolah Penggerak (walaupun ada guyonan, semoga kurikulum ini tidak menghasilkan gerakan yang bernama “Gerakan 30 September”…). Dalam kurikulum baru ini, diusung konsep “Merdeka Belajar” (yang secara guyonan juga ada kelakar, “kalau saat ini ada merdeka belajar, apakah sebelumnya belum merdeka?” Atau ada juga kelakar, “kalau sekarang merdeka belajar, sebelumnya dijajah siapa?”). Sebagai catatan, meskipun ada beberapa guyonan atau kelakar yang saya sampaikan di atas, namun pada prinsipnya, hal-hal tadi tidak dimaksudkan untuk menghina atau meremehkan. Karena kita semua harus tahu dan berharap, perubahan kurikulum ini bertujuan baik, yaitu membantu proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik lagi, dengan penegasan nilai-nilai yang tampaknya mulai meluntur atau terabaikan. Di dalam kurikulum baru ini juga diusung sebuah gambaran ideal tentang pelajar yang diharapkan. Gambaran ideal ini disebut sebagai Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila sendiri mengusung enam ciri utama, yaitu : beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia ; berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Jadi, guyonan dan kelakar yang dituliskan di atas, bisa kita maknai sebagai manifestasi dari salah satu ciri Profil Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis.

 

Ketiga, SMK Katolik St. Mikael mengalami peristiwa seperti yang menjadi judul tulisan kali ini, habemus novum patres. Judul tulisan di atas merupakan sebuah kalimat dalam Bahasa Latin. Jika diterjemahkan secara sederhana, artinya adalah “Kami punya bapak-bapak baru”. Mendengar pernyataan kalimat tersebut, nalar kritis kita mungkin akan bertanya-tanya, sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Mungkin ada pertanyaan, “Loh kok bapak-bapak baru, lha ibunya bagaimana?”. Atau bisa jadi juga ada yang bertanya, ”Loh, kok bapak-bapak baru, kok tidak ada kabar-kabar pernikahan ataupun mitoninya?”

Jawabannya sebenarnya sederhana. Bapak-Bapak yang dimaksud di sini tidak ada kaitannya dengan ikatan darah, genetik, profesi, maupun perkawinan biologis. “Bapak-Bapak” di sini dimaksudkan bahwa mereka memiliki hubungan batin yang dekat dengan keluarga besar SMK Katolik St. Mikael, sekaligus mengambil peran penting di dalamnya. Sehingga memang sangat layak dan pantas jika “bapak-bapak” ini kita tempatkan setingkat, sekaligus memberikan penghormatan dan apresiasi atas tanggungjawab pelayanan yang harus mereka jalani. Siapa sajakah mereka?

Bapak yang pertama adalah Bapak Stepanus Maryata. Pak Maryata, begitu beliau biasa disapa. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2021, Bapak Maryata diberikan amanat menjadi Kepala SMK Katolik St. Mikael Surakarta, melanjutkan tugas pelayanan yang sebelumnya diamanatkan kepada Bapak Albertus Murdianto. Dalam kepemimpinan Bapak Maryata, yang mengabdi di SMK Katolik St. Mikael sejak tahun 1993, kita berharap dan mendoakan agar SMK Katolik St. Mikael dapat menjadi lebih baik lagi, karena di tahun depan SMK Katolik St. Mikael akan genap berusia 60 tahun. Tantangan pasti akan semakin banyak, tetapi bukan berarti tidak bisa dijalani.

Bapak yang kedua adalah Romo Alfonsus Ardi Jatmiko SJ. Romo Ardi, begitu beliau biasa saya sapa (walaupun kebanyakan masih menyapa dengan sebutan “frater”). Terhitung sejak bulan Desember 2020 (saya kutip dari portal berita pengutusan dari website Serikat Jesus Provinsi Indonesia) sudah ditugaskan ke SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Walaupun baru efektif bertugas di awal Januari 2021 (dengan masih ditemani oleh Romo Dodo Hinganaday SJ), Romo Ardi diberikan kesempatan untuk berdinamika dan berbagi pengalaman bersama Keluarga Besar SMK Katolik St. Mikael Surakarta di bagian Kesiswaan. Pada hari Kamis Pahing, 19 Agustus 2021, Romo Ardi ditahbiskan sebagai Imam dalam Serikat Jesus di Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta oleh Mgr Robertus Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang. Dalam perutusan yang disampaikan oleh Romo Benedictus Hari Juliawan SJ, Provinsial Serikat Jesus Indonesia, Romo Ardi ditugaskan melanjutkan karya sebagai Pamong di SMK Katolik St. Mikael Surakarta.

Proficiat untuk Bapak Maryata dan Romo Ardi. Selamat juga untuk Keluarga Besar SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Selamat berkarya dan menjalankan tugas pelayanan bersama. Patut disyukuri bahwa ”bapak-bapak baru” ini mulai berkarya di tahun 2021, tepat pada peringatan 500 tahun pertobatan Santo Ignatius, pendiri Serikat Jesus. Tantangan dan karya bagi “bapak-bapak baru” kita ini dapat direfleksikan dengan pengalaman Santo Ignatius sendiri. Mungkin memang banyak tantangan, bahkan mungkin hal-hal yang akan menghantam, seperti pengalaman Santo Ignatius yang terkena meriam di Pamplona. Tapi di sisi lain, meskipun dihantam, toh Tuhan sendiri yang akan memberi kekuatan. Kesempatan kebersamaan di SMK Katolik St. Mikael Surakarta juga dapat direfleksikan sebagai tempat belajar bersama sahabat-sahabat, seperti pengalaman Santo Ignatius di Paris.

Bagi Bapak Maryata dan Romo Ardi , semoga tugas dan tanggungjawab sebagai “bapak-bapak baru” di SMK Katolik St. Mikael Surakarta ini, juga dapat direfleksikan dengan pengalaman Santo Ignatius di La Storta, sebuah kota kecil sekitar 14 km dari Roma, ketika Santo Ignatius mendengar suara Yesus, “Aku ingin engkau menjadi abdi-Ku”

 

Salam dan doa

 

 

Alexander Arief R.

Sub.Pamong

Home
Berita
Kontak
Galeri