SMK Mikael Surakarta

Sesuatu yang besar diawali dari hal kecil

Sesuatu yang besar diawali dari hal kecil

 

Jumat Kliwon, 27 Agustus 2021, saat Gereja Katolik sedunia memperingati Santa Monika, Ibu dari Santo Agustinus (yang diperingati tepat keesokan harinya), di Aula Petrus Faber SMK Katolik St. Mikael Surakarta diadakan acara “kecil-kecilan” (karena yang hadir juga tidak banyak, mengikuti protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan pemerintah). Meskipun demikian, acara ini disiarkan ke seluruh dunia (halah..), karena dibagikan dalam siaran langsung memanfaatkan media YouTube. Acara “kecil-kecilan” yang diadakan ini adalah Misa atau perayaan Ekaristi. Acara ini menjadi acara yang istimewa, karena diadakan untuk bersyukur atas tahbisan imamat yang boleh diterima oleh 8 Imam dalam Serikat Jesus, yang ditahbiskan di Yogyakarta pada tanggal 19 Agustus lalu. Secara khusus, salah satu dari kedelapan imam tersebut ditugaskan di SMK Katolik St Mikael Surakarta. Beliau adalah Romo Alfonsus Ardi Jatmiko SJ.

 

Bagi Romo Ardi sendiri, acara ini juga menjadi kesempatan yang istimewa. Karena setelah ditahbiskan sebagai imam hari Kamis lalu, pada hari Minggunya sudah langsung ditugaskan “kembali” ke SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Dengan mengendarai Vespa, diiringi lagu “Satu Vespa Sejuta Saudara”, hari Senin langsung bertugas kembali seperti biasa. Maka kesempatan ini juga menjadi sesuatu yang istimewa, karena Romo Ardi benar-benar merayakan Misa Perdana berasama keluarga besar SMK Katolik St. Mikael Surakarta. Bersama para pendidik dan tenaga kependidikan di Aula Petrus Faber, dan bersama para siswa dari tempat masing-masing.

 

Dalam homilinya, Romo Ardi sempat “nanggap” beberapa peserta yang hadir di Aula Petrus Faber. Mulai dari Pak Eko, Mas Markus, Bu Rina, dan Mas Celvin. Dalam dialog singkat tersebut, mereka diberi pertanyaan sederhana, “jika ada kata setia, apa yang terlintas di pikiran Anda?”. Jawabannya tentu macem-macem. Ada yang jawabannya “berat”, seperti Pak Eko, Bu Rina atau Mas Celvin yang menjawab dengan kata “cinta” atau “kasih”. Ada juga jawaban “lugu” seperti Mas Markus yang menjawab dengan “saya” (karena nama lengkapnya adalah Markus Setya Afrianto).

 

Romo Ardi lalu menyimpulkankata kunci “setia” ini dengan refleksinya. Dari berbagai penjelasan sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa kesetiaan membutuhkan (bahkan menuntut) komitmen. Lalu pertanyaannya, “Mengapa kita butuh setia?” Jawabannya tentu macem-macem. Yang paling sederhana, bahwa kita butuh kesetiaan adalah agar tujuan akhir kita melakukan sesuatu dapat tercapai. Kesetiaan sendiri menjadi sebuah keutamaan yang luar biasa. Di dalam kesetiaan ada komitmen yang menjadi salah satu pilar 4C. Di dalam kesetiaan ada ketekunan atau kegigihan (preserverence) untuk menghadapi segala tantangan.

 

Merefleksikan kesetiaan dengan Bacaan Injil hari ini, tentang 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana yang menantikan kedatangan pengantin, Mereka memiliki cara masing-masing untuk menunggu dengan setia. Dalam situasi itu, suasana ketidakpastian menyelimuti mereka. Yang menjadi salah satu tantangan dari kesetiaan adalah bahwa ketidakpastian itu menimbulkan kekuatiran. Pertanyaan reflektifnya, “Jika misalnya hidup kita sudah pasti dan sudah diketahui hasilnya, apakah kita akan tetap setia?”

 

Dari sini kita bisa temukan satu poin penting, ketidakpastian juga dapat membuat kita bisa semakin setia dalam menjalani tugas-tugas kita.

 

Hal kesetiaan ini juga menjadi pengingat (reminder) bagi Romo Ardi. Menjalani imamat tentu membutuhkan kesetiaan dan komitmen. Dalam menjalani formasi sekitar 13 tahun , dari Seminari Menengah sampai menjadi imam, tanggungjawab yang diberikan ternyata tidak semakin kecil, namun semakin besar. Ada kekuatiran, apakah mampu untuk menjalani. Tetapi dengan kesetiaan, hal inilah yang menjadi keutamaan yang perlu dimohonkan terus menerus. Maka Romo Ardi juga mohon doa dan dukungan untuk beliau dan para imam baru, agar tetap setia, tetap gigih, dan tetap berkomitmen dalam menjalani panggilan Tuhan.

 

Untuk mbundeli tulisan ini, saya mencoba menjawab dengan sebuah pengandaian. Seandainya pada acara tersebut Romo Ardi “nanggap” saya dengan pertanyaan yang sama seperti saat homili, saya akan memberikan jawaban yang berbeda. Jika diberi pertanyaan apa yang terlintas di pikiran jika mendengar kata setia, jawaban saya adalah “tidak mudah”.

 

Kesetiaan memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin.

seperti iklan salah satu perlengkapan olahraga

Impossible is Nothing

 

Salam dan doa

 

 

Alexander Arief R.

Sub.Pamong

Home
Berita
Kontak
Galeri